
Bintan – Suasana Gedung Nasional Kabupaten Bintan pada Rabu (21/8/2025) pagi terasa berbeda. Ratusan pelajar SMA, SMK, dan MA dari berbagai penjuru Kabupaten Bintan duduk rapi, menyimak serius setiap materi yang disampaikan dalam kegiatan Sosialisasi Pencegahan Radikalisme dan Penanaman Jiwa Nasionalisme yang digelar Pemuda Nasionalis Kabupaten Bintan.
Acara yang berlangsung dari pukul 09.00 hingga 11.00 WIB itu dihadiri sejumlah tokoh penting, mulai dari Ketua FKUB dan PCNU Bintan Ustadz Abdul Majid Jufri, Ketua MUI Bintan K.H. Ali Ahmadi, Sekretaris Camat Bintan Utara Ruly Raihan, hingga unsur TNI-Polri seperti Aipda Amrizal selaku Bhabinkamtibmas dan Sertu Sembiring selaku Babinsa. Kehadiran para tokoh tersebut menunjukkan keseriusan semua pihak dalam melindungi generasi muda dari ancaman ideologi radikal.
Dalam sambutannya, Sekcam Bintan Utara Ruly Raihan mengingatkan para pelajar agar bijak menggunakan media sosial. “Kita semua pakai media sosial setiap hari, tapi ingat, tidak semua yang ada di sana membawa dampak positif. Radikalisme bisa masuk lewat berita bohong, ujaran kebencian, dan konten yang memecah belah,” ujarnya. Ia juga menegaskan bahwa tantangan yang dihadapi generasi muda kini semakin kompleks. “Maraknya intoleransi dan hoaks harus kita hadapi dengan sikap kritis. Pelajar punya peran strategis sebagai agen perubahan untuk menjaga persatuan bangsa,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua MUI Bintan K.H. Ali Ahmadi menyoroti bahwa radikalisme sering menyusup lewat media sosial maupun lingkungan pendidikan. “Jika tidak disikapi dengan cermat, paham ini bisa merusak generasi muda. Kuncinya ada pada pemahaman ideologi Pancasila dan pendidikan karakter,” katanya. Ia mengingatkan bahwa posisi Bintan sebagai wilayah perbatasan membuat daerah ini rawan terhadap pengaruh ideologi asing. “Kita harus waspada, jangan mudah terpengaruh oleh paham yang menyesatkan dan bertentangan dengan Pancasila,” tegasnya.
Senada dengan itu, Ustadz Abdul Majid Jufri menjelaskan bahwa radikalisme adalah paham yang ingin melakukan perubahan secara cepat dan memaksakan kehendak, sering kali disertai kekerasan. “Itu jelas bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan semangat Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya. Ia juga menekankan bahwa nasionalisme harus diiringi toleransi. “Nasionalisme yang berlebihan bisa berubah menjadi chauvinisme. Kita harus mencintai negara sekaligus menghargai perbedaan,” katanya.
Diskusi semakin hidup saat para pelajar mengajukan pertanyaan. Rifaldi, siswa SMAN 1 Bintan Utara, menanyakan cara mengenali pelajar yang terpapar radikalisme. Ustadz Abdul Majid pun menjawab tegas, “Ciri-cirinya terlihat dari perubahan sikap, seperti menyendiri, menolak bergaul dengan yang berbeda pandangan, dan menolak keberagaman. Padahal agama mengajarkan kita untuk saling menghormati dan menjaga hubungan baik.”
Pertanyaan lain datang dari Christine, siswi SMKN 1 Bintan Utara, yang menyoroti sikap intoleran di kalangan pelajar. Menanggapi hal itu, Ustadz Abdul Majid menekankan pentingnya kegiatan lintas sekolah. “Kita harus aktif membuat forum diskusi kebangsaan, lomba antar sekolah, dan pelatihan moderasi beragama untuk membiasakan pelajar menghargai perbedaan,” jelasnya.
Kegiatan ditutup dengan pernyataan sikap anti radikalisme yang dibacakan bersama oleh para pelajar. Suasana khidmat menyelimuti ruangan ketika para peserta berkomitmen menjaga persatuan dan keutuhan NKRI. Hingga acara usai, kegiatan berlangsung aman dan kondusif, meninggalkan pesan kuat bahwa generasi muda Bintan siap menjadi benteng terdepan melawan radikalisme.